Jumat, 03 Juni 2011

Yonif Riyadi, a Power of Ikhlas



"Stronger than earth, brighter than sun, but softer than a mist..."

Ini salah satu kawan baru saya di tempat kerja lama yang menjadi tempat kerja baru bagi saya. Pawakannya tinggi tegap. Tubuhnya menyiratkan tulangnya yang kuat. Dari namanya saja, semua orang sudah tau kalau dia puya keinginan yang sangat besar untuk menjadi seorang abdi negara. "Yonif" adalah singkatan dari "Batalyon Infanteri" merupakan satuan dasar tempur pasukan infanteri Tentara Nasional Indonesia (TNI) di bawah brigade atau resimen. Batalyon infantri dapat merupakan bagian taktis dari suatu brigade dan dapat juga berdiri sendiri dengan tugas taktis dan administrasi. Tak ayal ayahnya memberikan nama itu buat dia. Mungkin karena ayahnya memang salah satu anggota TNI-AD, atau nama itu kahir bersamaan dengan harapan yang ditiupkan saat adzan dikumandangkan waktu ia pertama kali menghirup udara bebas.


Dari wajah, kelihatan garang. Buset! Pertama kali ngeliat nih orang, langsung kepikiran, wah pasti ini orang kerjanya mukulin orang. Beuh! Tapi itu ternyata benar. Dia adalah seorang bodyguard. Seorang bodyguard yang tangguh untuk seseorang, yang meluluhkan baja di dalam hatinya. Meredupkan api yang sempat menyala-nyala di batinnya. Atau sekedar menyulapnya menjadi seperti kambing yang dipelihara dengan baik. Untuk nanti diambil tanduk yang merupakan satu-satunya senjata baginya. Diambil dagingnya untuk dimakan. Atau dikuliti terlebih dahulu untuk dijual menjadi jaket eksklusif berharga tinggi.

Bukankah setiap manusia pasti punya kisah cinta mereka masing-masing? Begitu juga kamu, kawan. Si Yonif ini punya kisah cinta yang menarik. Dia punya cewek yang sangat istimewa. Seorang cewek yang menelusuri profesi yang begitu spesial yang sudah ada sejak jaman raja-raja Mesir Kuno. Pramuria. Bagi saya, biar jadul, tapi istilah itu sangat netral dan tidak menghakimi. Ceweknya Yonif itu memang kerjaannya "menemani laki-laki".

Hhhh... Kota ini dulu kota kecil. "Blitar... kutho cilik kang kawentar..." Tapi ternyata, dunia yang sarat dengan kenikmatan itu nggak cuma ada di Dolly (Surabaya), Gude (Madiun) atau bahkan yang parah adalah Taman Lawang (Kuningan, Jakarta). Malam yang biasanya sepi di Blitar, sekarang semakin gemerlap dan merayu semua mata yang tak biasa terpejam terlalu dini. Itulah fakta, realita yang dulu tabu kini jadi biasa. Cewek Yonif adalah salah satunya. Dan Yonif mungkin bukan hanya salah satu dari laki-laki yang ditakdirkan Tuhan untuk mengenal dan mengikat perasaan sama seorang cewek "penggembira". Yonif Riyadi, seorang pemuda yang dihadapkan pada polemik yang harus mampu ia atasi. Seperi seorang tentara yang ditugaskan di tempat terpencil tak berpenduduk. Tapi ia harus berjuang bagaimana membuat tempat itu "hidup".

Berapa gelintir laki-laki yang mampu mencintai wanita yang sudah pernah menikah, punya anak, dan sekarang menjadi seorang "penggembira"? Mungkin banyak yang bertanya, seperti apa hatinya? Apakah sekeras baja? Sekuat benteng? Bukan. Yonif cuma bilang ke saya kalau dia hanyalah "Yonif". Dia masih sangat muda. Masih banyak cewek-cewek yang lebih muda darinya yang bisa dia dekati. Pilihan. Itulah jawaban Yonif. Tapi rahasia yang belum sempat saya ungkap adalah, gimana Yonif bisa mencintai cewek itu? Ahh, pertanyaan bodoh. Seperti bertanya, kenapa air itu tak bisa dipegang? Mungkin ada misi yang ingin dia perjuangkan. Atau mungkin cuma sekedar "cinta".


"Han... Aku ada booking malem ini... anterin ya...,"
"Iya..."


Subhanallah, kekuatan seperti apa yang membuat laki-laki seperti ini bisa berkata "iya"? Terhipnotis? Bukan? Kena pelet? Apa lagi. Dia cuma "Yonif".

Segalanya sudah dia berikan ke cewek itu. Waktu, keringat, hati. Sering Yonif merasa kalau dirinya itu begitu bodoh dengan apa yang sudah dia pilih. Tapi apakah kita berhak menyalahkan kondisi di mana kita tidak memilihnya? Bahkan menginginkannya pun tidak. Menerima. Menjalani. Yonif masih terus bertahan, meski harus merelakan tubuh orang yang dicintainya dinikmati banyak laki-laki. Awalnya, saya berpikir, ngapain juga si Yonif ngurusin cewek kayak gitu? Awalnya saya menyalahkan. Tapi sebagai teman, saya nggak punya hak untuk menghakimi. Awalnya, yang ada dalam pikiran saya soal cewek Yonif cuma kebencian dan rasa jijik. Tapi apakah saya pantas untuk membenci atau bahkan jijik pada sesama manusia?

Setiap orang punya pilihan masing-masing untuk menjalani hidup. Saya masih ingat satu kutipan dari film "Perempuan Berkalung Sorban" : "Hanya orang-orang yang tidak pernah melakukan dosa, berhak melempari pezina dengan batu dan api." Kalau semua wanita yang seprofesi dengan cewek Yonif disalahkan, dirajam dan dizalimi, bukankah sudah tak ada harmonisasi antar sesama manusia? Mereka juga manusia. Selama itu nggak merugikan dan mengganggu kita, apakah kita berhak menghakimi mereka? Halo? Negara ini bahkan nggak bisa memberi makan buat semua warga negaranya! Uang saja perlu dibeli.

Menjadi seorang "pramuria", bagi cewek itu bukan pilihan. Tapi kebutuhan. Di sisi ini, bagi saya, alasannya bisa diterima. Mungkin jalannya keliru, tapi bukankah Tuhan itu Maha Adil bagi setiap hambaNya? Mungkin bagi orang-orang seperti ceweknya Yonif, sebuah kebaikan yang terlihat sangat kecil bagi kita, adalah sebuah keajaiban yang luar biasa baginya.

Itulah yang mungkin coba dilakukan sama Yonif. Memberikan keikhlasan yang nyata. Berapa ribu kali ia seakan disakiti, tapi ia nggak merasa sakit. Berapa kali ia dihadapkan pada situasi di mana ceweknya harus bercumbu dengan laki-laki lain di depan matanya? Berapa kali itulah mungkin dia harus mengumpat dengan kata "DANC**" dalam hatinya. Bukankah itu sangat wajar? Laki-laki ini adalah harapan bagi keluarganya. Tapi laki-laki ini juga sebuah harapan bagi ceweknya... Saya bangga masih diberi kesempatan mengenal Yonif. Dialah pejuang yang tak kenal lelah demi "negeri" yang dicintainya. Dialah tentara yang rela mengorbankan segalanya demi "bangsa" yang dilindunginya...

Rabu, 26 Mei 2010

(1) Hanya Bermain Perahu

Beberapa jam lalu, baru saja membaca berita 10 lulusan AAL yang diangkat menjadi penerbang muda. Pawakan mereka tinggi tegap, seperti kriteria postur sempurna untuk Kadet AAL. Seragam putih mereka tampak sempurna membalut kesempurnaan raga mereka. Ketangguhan raga, kemakmuran ekonomi, ketangkasan gerak, kecemerlangan intelegensia, darah genetika, warisan ayah yang seorang perwira, atau "takdir"?

Satu banding seribu, pemuda-pemuda yang mampu menjadi anggota marinir, yang berasal dari keluarga berduit seret dibanding dari kaum dompet emas. Tapi intinya, bukan itu yang membuat iri, lebih pada pertanyaan soal takdir.

Tidak semua manusia lahir sempurna dengan tulang kuat bagai baja, tumbuh pesat karena asupan gizi sempurna, dan memiliki sesuatu karena meminta. Tentu saja masih banyak yang punya fisik lemah, perkembangan tubuhnya lambat, dan sudah dikenalkan tentang bekerja untuk hidup meski belum masuk usia taman kanak-kanak.

Perbandingan soal materi sekiranya tak pantas disebutkan, kalau ingin hidup yang lebih mapan. Barangkali tak ada gunanya. Tapi, yang namanya masih "anak-anak", normalnya, pasti ingin punya banyak sesuatu. Apalagi, kalau sudah menyangkut masa lalu yang tidak begitu baik. Akan ada banyak air mata daripada sapuan senyum.


Ada cerita yang cukup mencegangkan. Ada seorang pemuda desa pedalaman, yang selalu disibukkan oleh puluhan domba milik majikannya. Terlahir dari sepasang suami istri sebagai buruh tani, membuat ia menghargai butir demi butir padi yang dibawa emak bapaknya sepulang mereka kerja.

"Mbeta napa, Mak?" tanya si anak dengan girang.

Sambil tersenyum, si emak membuka bungkusan kresek warna hitam.

"Alhamdulillah, oleh telung puluh kilo, Le..."

"Bapak yo nggawa tela sepe," tambah sang bapak sambil menurunkan paculnya.

Si emak akan merebus sebuah ketela, dan memasak seperempat kilo beras yang ia dapat dari sisa panen. Tiga puluh kilo beras, untuk empat bulan ke depan. Berarti emak hanya mampu memasak nasi dari seperempat kilogram beras setiap harinya. Seperempat kilogram itu jelas tidak cukup dimakan empat orang, sebanyak dua kali. Makanya, dicampur dengan ketela, biar kelihatan agak banyak. Paling tidak, emak, bapak, si anak laki-laki dan kakak perempuannya.

Si anak laki-laki yang belum genap 2 tahun itu sedang bermain perahu-perahuan bersama teman-temannya. Ia memungut daun pohon bambu yang sudah kering, pangkalnya digulung ke depan, lalu tangkai pangkal daunnya ditancapkan di hampir ujung pucuk daun. Ia dan ketiga teman sebayanya siap mengadu perahu mereka di arus sungai kecil di belakang rumah.

Anak-anak yang lebih "besar" bermain perahu dari bekas selongsong kelapa. Lebih kuat, besar dan punya layar dari kain tipis.

"...nenek moyangku, orang pelaut... gemar mengarung luas samudera... menerjang ombak tiada takut... menempuh badai sudah biasa..."

Si anak bertanya-tanya, kenapa perahu yang bocor bisa tenggelam? Kenapa layar yang lebih miring ke belakang dan satu sisi lebih kencang lajunya? Ia belum menemukan jawabannya. Hanya bermain perahu...

Elemen-elemen air sudah benar-benar menyatu di sanubari anak itu.
Aroma tantangan di tengah ombak sudah tercium dari nyanyiannya.
Hanya bermain perahu...

(bersambung)

Senin, 17 Mei 2010

So lets crawl...



Everybody see's it's you
I'm the one that lost the view
Everybody says we're through
I hope you haven't said it too

So where
Do we go from here
With all this fear in our eyes
And where
Can love take us now
We've been so far down
We can still touch the sky

If we crawl
Till we can walk again
Then we'll run
Until we're strong enough to jump
Then we'll fly
Until there is no end
So lets crawl, crawl, crawl
Back to love, Yeah
Back to love, Yeah

Why did I change the pace
Hearts were never meant to race
I always felt the need for space
But now I can't reach your face
So where
Are you standing now
Are you in the crowd of my faults
Love, can you see my hand?
I need one more chance
We can still have it all

If we crawl...
Till we can walk again
Then we'll run
Until we're strong enough to jump
Then we'll fly
Until there is no end
So lets crawl, crawl, crawl




Ketika Anda atau saya menemukan sesuatu yang mampu membangkitkan semangat, pasti rasanya kita seperti terjatuh dari tempat yang tinggi, terhempas, dan kemudian menghela napas, memejamkan mata, lalu tersenyum penuh rasa syukur.

90 hari menyiapkan segalanya untuk bisa masuk menjadi 1 dari 800 orang yang mendaftar menjadi calin abdi negara tingkat II di tubuh TNI, ternyata sangat berat. Pertama, harus bolak-balik karena berkas kurang lengkap. Kedua, harus melepas kesempatan pertama karena masih harus berkutat dengan pekerjaan. Itu tanggung jawab. Ketiga, saat semuanya sudah siap, tinggal berangkat, tapi terkendala dengan perasaan berat. Tegakah Anda, di saat teman-teman Anda bekerjasama untuk sebuah pencapaian, lantas Anda memilih untuk tidak ikut karena ingin mengejar mimpi Anda sendiri? Yah, meski saat itu teman-teman mungkin saja tidak butuh bantuan kita, tapi apakah tega melihat mereka berkiprah hingga larut malam dan tak punya waktu istirahat yang cukup? Akhirnya, memilih untuk tetap tinggal dan membaur dengan mereka menjadi pilihan. Dalam pikiran saya, toh, pendaftaran masih berakhir 4 hari lagi.

Sampai di tempat yang dituju untuk mewujudkan hasrat, ternyata kesempatan itu sudah tertutup. Seandainya saya tidak ikut membantu teman-teman kemarin, pasti saya masih sempat. Tapi, ahhh... saya pikir kok picik sekali saya menampar teman-teman saya dengan statemen seperti itu. Akhirnya, alhamdulillah... Itulah kata yang membuat hati dan jiwa ini kembali subur. Memunculkan kuncup-kuncup baru yang segar dan siap mekar. Paling tidak, Tuhan masih Berkenan Memberikan nafas, kesempatan hidup yang masih bisa dimanfaatkan. Selama masih mampu berusaha, kenapa harus berhenti?

Itulah... merangkak... "crawling"...

Hanya butuh untuk merangkak sejenak, sebelum siap untuk berjalan kembali. Lalu akan ada waktu untuk berlari, sampai ada kekuatan yang cukup untuk bisa melompat dan mencapai langit.


Meski tak punya tubuh sekuat baja, tak memiliki otot segempal binaraga, tak bisa lebih tinggi dari perwira, atau tak jauh lebih pintar dari sarjana, hanya dengan menyimpan semangat, kemauan untuk mampu, niat mengabdikan diri pada negara, iman taqwa dan tentu saja restu serta doa. Cukup itu saja bekal yang diperlukan untuk meraih impian bintara. Selanjutnya, tawakal. Berhasil atau tidak, itu hak dari Yang Maha Kuasa atas segalanya...

Jalesveva jayamahe!!!





Kamis, 01 April 2010

The Only Hope from The Only Human


Tanjung Harapan (Inggris: Cape of Good Hope) adalah sebuah tanjung bebatuan yang terletak di pantai yang menghadap Samudera Atlantik di Afrika Selatan. Banyak salah paham yang menyatakan bahwa Tanjung Harapan adalah ujung paling selatan dari Benua Afrika, namun sebenarnya ujung selatan dari Benua Afrika ada pada tempat yang berada 150 km ke arah tenggara bernama Tanjung Agulhas. Kesalah pahaman tersebut diyakini bermula karena Tanjung Harapan merupakan titik geografi penting bagi para pelayar Portugis yang ingin berlayar menuju ke arah timur jauh.


----------------------------------------------------


Teman, menyiapkan diri dengan begitu maksimal untuk menghadapi tantangan hidup baru adalah seperti mengepakkan sayap yang baru terbentuk. Tulang-tulangnya masih sedikit rapuh, yang berusaha untuk dikuatkan. Bulu-bulu yang tampak seringan udara, ternyata memiliki massa yang begitu berat jika disusun secara apik dan teratur, serta dalam jumlah banyak. Siap membuka sayap, berarti siap untuk terbang. Tak mungkin terbang dari tanah dan berusaha keras untuk mengangkat kaki beberapa senti ke udara. Pasti akan selalu dimulai dengan melihat ke bawah, dari ranting pohon yang tidak seberapa tinggi. Siap melepaskan diri ke udara, menikmati berselancar dan bergerusan dengan partikel-partikel aerogen yang ada di angkasa, melayang, tapi juga harus siap untuk terjatuh, jika sewaktu-waktu percobaan pertama gagal. Lalu, bangkit lagi, merangkak ke pohon, memulai lagi...

"... so let's crawl..." (Chris Brown)

Banyak sekali yang tidak yakin akan kemampuan yang kita miliki, dan banyak pula yang setia mendukung terhadap apa yang ingin kita raih. Rasa bangga dan adrenalin akan terasa terangkat ketika orang-orang memberikan semangat untuk terus menatap ke depan. Motivasi dan spirit yang mereka berikan seakan membuat mimpi sudah sangat dekat dengan garis fakta. Rasa terima kasih tentu akan diproduksi dengan melimpah dari dalam hati. Tapi, kalau ada yang mencibir, ya sudahlah...

"... ketika mimpimu yang begitu indah, tak pernah terwujud... ya sudahlah... saat kau berlari, mengejar anganmu, dan tak pernah sampai... ya sudahlah... janganlah bersedih, 'cz everything's gonna be okay..." (Bondan Prakoso & Fade 2 Black)

Itulah keseimbangan hidup, siap menang, siap kalah. Menang bukan berarti selesai berjuang, kalah bukan berarti berhenti berjuang. Kalau lelah, hanya perlu istirahat sejenak untuk mengembalikan tenaga, tidak serta merta berhenti dan tidak melakukan apa-apa. Selama masih bisa bernapas, kenapa harus tidak melakukan apa-apa? Padahal masih banyak "apa-apa" yang harus dilakukan. Boleh saja meraih yang selama ini diinginkan. Bangga, senang, bahagia, tapi tidak patut melupakan tempat dimana sebuah keberhasilan itu lahir, dimulai, dan ada...

"... I'll spread my wings and I learn how to fly, I'll do what it takes 'till I touch the sky.
Make a wish, take a chances, make a change, and breakaway.
I'm out of the darkness and into the sun, but I won't forget the place I come from..." (Kelly Clarkson)

Saat dunia sedang berbangga membuka cover aslinya, besar hati menunjukkan identitas asli yang seharusnya tidak perlu diperlihatkan, rasanya ingin kembali, ikut dunia itu. Tapi, apalah itu kongres sosial, yang hanya mewakili satu sisi keinginan, tapi tetap melintasi batas vertikal dengan Yang Maha Hidup, nalar tidak berlaku lagi, logika tidak menjadi nilai berarti. Tapi, bagi yang sudah beranjak, tentu akan sangat bersyukur, bahwa semua akan kembali ke-Harib-Nya, mempertanggungkan semua yang telah dilakukan. Melawan hasrat terkadang tidak mengenakkan, lebih enak mengikutinya, menikmatinya. Tapi, bagaimana prinsip keadilan yang sebenarnya? Bukankah manusia memiliki jatah yang sama untuk setiap takdirnya? Bukan dari bentuk dan ukuran, tapi pada setiap usaha yang ia lakukan. Boleh jadi hidup senang, kaya raya dan berpangkat di dunia, sementara yang lainnya menderita, miskin dan dianggap golongan rendahan. Menurut pemikiran ini, itu hanya label. Yang dipakai bukan labelnya, tapi hanya menunjukkan harga untuk sesuatu yang akan dipakai. Selanjutnya, apakah label akan selalu disimpan selamanya? Ada dunia yang disiapkan untuk yang hidup, begitu juga ada dunia lain yang disiapkan bagi yang telah mati. Tidak perlu diperdebatkan, karena sudah di-naskh-kan.

"... Dear God the only thing I ask of YOU is
to hold her when I’m not around,
when I’m much too far away..." (Avenged Sevenfold)

Sahabat, kita membentuk, tapi tidak menentukan. Kita merangkak, berjalan, dan berlari, it just...

"... get up and go, take a chance and be strong
you cant spend your whole life holding on
don't look back just go, take a breath, move along
you cant spend your whole life holding on
you cant spend your whole life holding on
Believe the tunnel can end, believe your body can mend
yeah I know you can make it through, cause I believe in
you
So lets go put up a fight, lets go make everything all
right
go on and take a shot, go give it all you've got
oh yeah I know its not easy, I know that its hard
know its not always pretty

get up and go, take a chance and be strong
you cant spend your whole life holding on
don't look back just go, take a breath, move along
you cant spend your whole life holding on
you cant spend your whole life holding on
Don't wanna wake up to the telephone ring
are you sitting down? I need to tell you something
enough is enough; you can stop waiting to breathe
and don't wait up for me

get up and go, take a chance and be strong
you cant spend your whole life holding on
don't look back just go, take a breath, move along
you cant spend your whole life holding on..." (Boys Like Girls)

Alhamdulillah...

Kamis, 18 Februari 2010

Moderasi

Satu bulan lagi. Cukup singkat waktu yang disediakan Allah untuk mempersiapkan segala sesuatu demi mengikuti keinginan hati nurani untuk menjadi seorang abdi negara. Pada akhirnya, dengan sangat berat hati, pasti akan meninggalkan beberapa hal yang sangat disayangkan untuk ditinggalkan. Inilah saatnya untuk memilih, menentukan arah hidup yang berpedoman pada kompas jati diri. Kedua ujungnya akan selalu menunjuk ke dua arah, utara dan selatan. Dua arah, yaitu menuju arah yang dituju, dan arah yang harus ditinggalkan. Meski untuk sementara, tapi setidaknya harus siap. Entah bagaimana nantinya, apakah benar-benar terjadi atau tidak. Apakah benar, yang hanya bermodal keyakinan dan sedikit usaha akan mampu bertarung melawan yang memiliki daya sangat kuat, skill yang mumpuni, takdir fisik dan bakat yang dimiliki, dan kisi-kisi suap bermatakan uang untuk menodai intisari keadilan yang hakiki dalam dunia militer.

Bertemu dengan orang yang memiliki pengetahuan luas tentang segala hal, awalnya membuat kita yakin, bahwa dialah satu-satunya teman kita, sementara teman-teman yang lain berada pada predikat di bawahnya. Namun, bukankah manusia adalah senyawa yang tidak diam? Kumpulan saripati kehidupan yang senantiasa berubah, berkembang, bersamaan dengan waktu. Kita tak pernah benar-benar memahami karakter seseorang secara utuh, penuh. Kita bisa menebak, namun tidak bisa menentukan ke mana orang itu akan berjalan.

Semula, kita merasa sendirian, lalu ia datang, dan kita tidak merasa sendirian lagi. Melalui saat-saat menakjubkan dengannya, membuat sejarah dalam kehidupan kita. Tapi, siapa mengira kalau ada saat-saat di mana sebuah pikiran tidak selalu seirama. Kadang bercampur emosi dan ketidaksadaran untuk berkaca. Akhirnya, sesuatu yang biasanya selalu tampak dekat, selalu berdampingan, identik dan terlihat menyatu, ternyata mampu tersamarkan. Rantai jiwa antara keduanya mulai kendur, lalu putus dengan sendirinya. Tidak lagi punya rasa yang sama, tidak lagi memiliki senyum yang sama. Jauh, abstrak, dan terlupakan.

Ternyata benar, kita harus mampu berdiri dengan kaki sendiri. Bahkan bagi yang tidak mempunyai kaki sekalipun, masih harus bisa berdiri dengan tangan, atau sekadar dengan tubuh yang mereka miliki. Tidak baik membebani orang lain terus menerus, apalagi orang yang sebelumnya sama sekali tidak kita kenal. Ideologi sederhana tentang kehidupan tidak perlu dibuka pada semua pembaca blog ini, meski sedikit. Namun, keyakinan harus dibulatkan. Tentang apa yang kita pikir mustahil, atau orang lain pikir terlalu berlebihan dan mengada-ada, sebenarnya adalah tantangan yang harus diambil. Di sini lah pentingnya sebuah cermin. Cermin dari diri sendiri, yang menampakkan posse dalam dan luar dari diri. Cermin dari orang lain, yang kadang benar, kadang tidak, atau kadang tidak mengartikan apapun. Cermin dari sekitar kita, yang ibarat maze dengan dinding penuh kaca berbagai model, ukuran dan warna. Dan cermin yang belum dibentuk, yang ada di depan kita, karena kita tidak akan tahu apa yang ada di baliknya...

Pertama, harus menerima 'diri sendiri' lebih dulu, sebelum menerima yang lain...

Kamis, 21 Januari 2010

PENERIMAAN BRIGADIR POLISI TAHUN ANGKATAN 2010

PENERIMAAN BRIGADIR POLISI

TAHUN ANGKATAN 2010

PANDA JATIM

1. RUJUKAN :

a. KEPUTUSAN KAPOLRI NOMOR : KEP/18/I/2010 TANGGAL 15 JANUARI 2010 TENTANG PENERIMAAN BRIGADIR POLISI T.A. 2010

b. SURAT TELEGRAM KAPOLDA JATIM NOMOR : ST/92/I/2010/ROPERS TANGGAL 15 JANUARI 2010 TENTANG PEMBERITAHUAN PENERIMAAN BRIGADIR POLISI T.A. 2010


2. SEHUBUNGAN DENGAN RUJUKAN TERSEBUT DI ATAS, BERSAMA INI DIUMUMKAN BAHWA, KEPOLISIAN DAERAH JAWA TIMUR (POLDA JATIM) SELAKU PANITIA DAERAH, MEMBERIKAN KESEMPATAN KEPADA PEMUDA/PEMUDI WARGA NEGARA INDONESIA, SELURUH JAWA TIMUR UNTUK DIDIDIK MENJADI BRIGADIR POLISI T.A. 2010


3. DIINFORMASIKAN BAHWA PADA TANGGAL 9 MARET 2010 AKAN DIBUKA DIK TUK BRIGADIR POLISI T.A. 2010 DENGAN JUMLAH PESERTA DIK 3.000 ORANG TERDIRI DARI :


a. PRIA : 2675 TERDIRI DARI :

1) BRIGADIR POL PTU : 1.575 ORANG

2) BRIGADIR POL RESKRIM : 300 ORANG

3) BRIGADIR POL PTU PERBATASAN : 300 ORANG

4) BROGADIR POL BRIMOB : 200 ORANG

5) BRIGADIR POL AIR : 300 ORANG


b. WANITA : 325 BRIGADIR POL PTU


LAMA PENDIDIKAN 7 BULAN, TERDIRI DARI 2 BULAN DASBHARA DAN 5 BULAN PENDIDIKAN FUNGSI TEKNIK KEPOLISIAN.


TEMPAT PENDIDIKAN DI SPN BETUNG, SPN BANJARBARU, SPN BATUA, SPN LABUHAN PANIMBA, SEPOLWAN, PUSDIK GASUM, PUSDIK RESKRIM, PUSDIK LABFOR DAN PUSDIK POL AIR


4. KETENTUAN PENERIMAAN DAN PERSYARATAN :

a. KETENTUAN PENERIMAAN :

1) PARA CALON HARUS MEMBERIKAN KETERANGAN YANG SEBENARNYA (BUKAN KETERANGAN PALSU DAN / ATAU TIDAK BENAR) DALAM RANGKA PENERIMAAN BRIGADIR POLISI .

2) PARA CALON HARUS MELAKSANAKAN SELURUH RANGKAIAN KEGIATAN SELEKSI DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH DAN BERSIH (HINDARI MASALAH SUAP DAN SPONSOR, YANG JUSTRU AKAN MERUGIKAN CALON)

3) DALAM RANGKA PELAKSANAAN SELEKSI PENERIMAAN BRIGADIR POLISI TIDAK DIPUNGUT BIAYA

4) SEBELUM DIANGKAT SEBAGAI ANGGOTA POLRI, CALON YANG TELAH LULUS PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BRIGADIR POLISI WAJIB MENGUCAPKAN SUMPAH ATAU JANJI MENURUT AGAMA DAN KEPERCAYAANNYA


b. KETENTUAN PERSYARATAN :

1) PERSYARATAN UMUM :

a) WARGA NEGARA REPUBLIK INDONESIA (PRIA/WANITA)

b) BERIMAN DAN BERTAQWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA

c) SETIA KEPADA NKRI BERDASARKAN PANCASILA DAN UUD 1945

d) SEHAT JASMANI DAN ROHANI

e) TIDAK PERNAH DIPIDANA KARENA MELAKUKAN SUATU KEJAHATAN (SURAT KETERANGAN DARI POLRES SETEMPAT)

f) BERWIBAWA, JUJUR, ADIL DAN BERKELAKUAN TIDAK TERCELA

g) BERSEDIA DITEMPATKAN DI SELURUH WILAYAH NKRI DAN BERSEDIA DITUGASKAN PADA SEMUA BIDANG TUGAS POKOK POLRI


2) PERSYARATAN PENDIDIKAN :

a) BERIJAZAH SERENDAH-RENDAHNYA SMU SEDERAJAT (TIDAK TERMASUK SMK BUSANA/ BOGA/ KECANTIKAN/ PERHOTELAN/ GURU TK/ SMK YANG DIKELOLA OLEH DEPARTEMEN)

b) SMA/MADRASAH ALIYAH, MENGGUNAKAN SURAT TANDA KELULUSAN DENGAN KRITERIA “LULUS”

c) SLTA LAINNYA YANG SEDERAJAT/ PAKET C/ SMK (TERMASUK LULUSAN LUAR NEGERI) MENGGUNAKAN TRANSKRIP NILAI DENGAN RATA-RATA BAIK ATAU DENGAN KRITERIA “LULUS” YANG TELAH DIAKREDITASI OLEH INSTANSI DIKNAS TINGKAT PROPINSI

d) LULUSAN D-III / D-IV / S-1, SESUAI KOMPETENSI DENGAN TUGAS POKOK POLRI, DARI PERGURUAN TINGGI YANG TELAH TERAKREDITASI

e) D-III KEPERAWATAN HANYA UNTUK CALON BRIGADIR POLISI LAPANGAN PADA KESATUAN BRIMOB POLDA (SAT BRIMOBDA)

f) SMK PELAYARAN / PERKAPALAN SEBAGAI CALON BRIGADIR POLAIR

g) SARJANA HUKUM ATAU SMU SEDERAJAT YANG PUNYA KEMAMPUAN BAHASA ASING / KOMPUTER SEBAGAI CALON BRIGADIR POLISI RESKRIM


3) UMUR PADA SAAT PEMBUKAAN PENDIDIKAN PEMBENTUKAN BRIGADIR POLISI T.A. 2010 TANGGAL 9 MARET 2010 MINIMAL 17 (TUJUH BELAS) TAHUN 5 BULAN DAN UMUR MAKSIMAL BAGI LULUSAN :


a) SMU / SEDERAJAT : 21 (DUA PULUH SATU) TAHUN

b) D-III : 24 (DUA PULUH EMPAT) TAHUN

c) D-1V / S-1 : 25 (DUA PULUH LIMA) TAHUN


4) TINGGI BADAN MINIMAL (DENGAN BERAT BADAN SEIMBANG MENURUT KETENTUAN YANG BERLAKU) :

a) PRIA : 163 (SERATUS ENAM PULUH TIGA) CM

b) WANITA : 160 (SERATUS ENAM PULUH) CM


5) BELUM PERNAH MENIKAH DAN SANGGUP TIDAK MENIKAH SELAMA DALAM PENDIDIKAN BRIGADIR POLISI, DITAMBAH 2 (DUA) TAHUN SETELAH LULUS DAN DILANTIK DENGAN MENGGUNAKAN ATRIBUT PANGKAT BRIPDA


6) BERSEDIA MENJALANI IKATAN DINAS PERTAMA SELAMA 10 (SEPULUH) TAHUN, TERHITUNG MULAI SAAT DIANGKAT MENJADI BROGADIR POLISI


7) MEMPEROLEH PERSETUJUAN DARI ORANG TUA / WALI BAGI YANG BELUM BERUSIA 21 (DUA PULUH SATU) TAHUN


8) TIDAK TERIKAT PERJANJIAN IKATAN DINAS DENGAN SUATU INSTANSI LAIN


9) TELAH BERDOMISILI DI WILAYAH PANDA / SUB PANDA TEMPAT PENDAFTARAN MINIMAL SATU TAHUN YANG DIBUKTIKAN DENGAN KTP SETEMPAT DAN KK ATAU RAPOR


10) MENGIKUTI DAN LULUS PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN DILAKSANAKAN DENGAN SISTEM GUGUR YANG MELIPUTI MATERI KEGIATAN SEBAGAI BERIKUT :

a) PEMERIKSAAN ADMINISTRASI AWAL

b) PEMERIKSAAN KESEHATAN BADAN TAHAP I

c) PEMERIKSAAN PSIKOLOGI

d) PEMERIKSAAN AKADEMIK YANG MELIPUTI PENGETAHUAN UMUM (UU KEPOLISIAN, MUATAN LOKAL DAN MIPA SEPERTI TEORI PERHITUNGAN FISIKA, PERHITUNGAN MATEMATIKA), BAHASA INGGRIS DAN BAHASA INDONESIA

e) PEMERIKSAAN KESEHATAN BADAN TAHAP II

f) PEMERIKSAAN / UJI KEMAMPUAN JASMANI

g) UJI KOMPETENSI (JIKA DIPERLUKAN)

h) PEMERIKSAAN ADMINISTRATIF AKHIR

i) SIDANG PENETAPAN KELULUSAN AKHIR


5. TEMPAT PENDAFTARAN DAN KETENTUAN UNTUK MENDAFTAR :

a. TEMPAT PENDAFTARAN :

PELAKSANAAN PENERIMAAN BRIGADIR POLISI T.A. 2010 DILAKSANAKAN TERPUSAT DI PANDA JATIM (DI MAPOLDA JATIM)

JL. ACHMAD YANI 116 SURABAYA


b. KETENTUAN UNTUK MENDAFTAR :

PESERTA / PENDAFTAR HARUS DATANG SENDIRI KE TEMPAT PENDAFTARAN DENGAN MEMBAWA DOKUMEN ASLI DAN MASING-MASING SUDAH DIFOTO COPY DAN DILEGALISIR TAHUN TERBARU SEBAGAI BERIKUT :


1) SURAT PERMOHONAN

2) KTP DAN KK SESUAI DENGAN DOMISILI WILAYAH HUKUM POLDA PENDAFTARAN

3) AKTE KELAHIRAN / KENAL LAHIR

4) SEMUA IJAZAH / RAPOR YANG DIMILIKI

5) BAGI YANG BERIJAZAH S-1 MENYERAHKAN TRANSKRIP NILAI DAN FC SURAT KEPUTUSAN / SERTIFIKAT AKREDITAS NASIONAL DAN DILEGALISIR OLEH PEJABAT BERWENANG ATAU KOPERTIS

6) SKCK DARI POLRES SETEMPAT

7) SURAT KETERANGAN SEHAT DARI INSTITUSI KESEHATAN

8) KTP ASLI ORANG TUA / WALI

9) PAS PHOTO WARNA HITAM PUTIH UKURAN 4X6 SEBANYAK 12 LEMBAR

10) STOPMAP WARNA KUNING SEBANYAK 3 BUAH

11) SNELHECTER WARNA KUNING 5 LEMBAR

12) MEMENUHI SYARAT TINGGI BADAN DIUKUR OLEH PANITIA


6. WAKTU PENDAFTARAN

PENDAFTARAN DIBUKA PADA TANGGAL 15 JANUARI 2010 PUKUL 08.00 WIB S/D 12.00 WIB KERJA DAN DITUTUP PADA TANGGAL 22 JANUARI 2010 PUKUL 14.00 WIB PADA TEMPAT PENDAFTARAN


7. SELAMA PELAKSANAAN PENERIMAAN BRIGADIR POLISI T.A. 2010 TIDAK DIPUNGUT BIAYA


8. HAL-HAL LAIN YANG BERHUBUNGAN DENGAN JADWAL KEGIATAN UJIAN DAN KELENGKAPAN ADMINISTRASI AKAN DIUMUMKAN KEPADA PARA PESERTA PADA SAAT PEMBAGIAN BLANKO PERSYARATAN ADMINISTRASI


9. DEMIKIAN UNTUK MENJADI MAKLUM.


Dikeluarkan di : Madiun

Pada tanggal : 17 Januari 2010

a.n. KEPALA KEPOLISIAN WILAYAH MADIUN

W A K A





Drs. EKO RUDI YUSWANTO

AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 63100750



SELENGKAPNYA, HUBUNGI :

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAERAH JAWA TIMUR

WILAYAH MADIUN

(POLWIL MADIUN)

Jalan Kompol Sunaryo 17, Madiun 63112

Sabtu, 09 Januari 2010

DOA SERDADU SEBELUM PERANG



Tuhanku….
wajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMU tergaris diatas kuburan yang dangkal..
anak menangis kehilangan bapaknya
tanah sepi kehilangan lelakinya
bukanya benih yang sepi yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia sia

apabila malam turun nanti..
sempurnalah sudah warna dosa..
dan mesiu kembali lagi berbicara..

waktu itu… Tuhanku..
perkenankan aku membunuh…
perkenankan aku menusuk sangkurku..

malam dan wajahku adalah satu warna..
doa dan nafasku adalah satu udara..
tak ada lagi pilihan kecuali menyadari
biarpun bersama penyesalan…

apa yang diucapkan oleh bibirku yang terjajah..
sementara kulihat kedua lenganMu
yang capai mendekap bumi yang mengkhianatiMu..

Tuhanku…
erat erat kugenggam senapanku…
perkenankanlah aku.. membunuh…
perkenanlah aju menusuk sangkurku…

(Thanks to : ALLAH SWT, NKRI, Emak, Bapak, Kakak (Nenny & Rosi), Keluarga, dan Kak Adit Setiawan sang Letnan)

Sabtu, 02 Januari 2010

untuk Tuhan...



Ada yang menarik dalam perjalanan kehidupan
yaitu TUHAN
sebagian besar orang mempercayainya
sebagian lain mungkin tidak
atau bahkan ada yang mempercayainya tapi tidak yakin
atau ada yang yakin tapi keliru

padaku, Tuhan sering menunjukkan sebuah jejak
yang tapaknya sering terlihat tidak jelas
tapi aku tahu, itu adalah telapak kaki moyangku

dalam dimensi lain, moyangku menatap dari kejauhan
bersama dengan moyang-moyang orang lain
mereka tidak mati, mereka masih hidup
gurat wajah mereka masih tampak jelas di mataku

segala sesuatu yang kuyakini sebagai lingkaran kehidupan
mula-mula memang sangat samar
tapi seiring dengan bertambahnya usiaku
maka garis putus-putus itu mulai terbentuk
manjadi sebuah spiral
yang aku tak tahu ujungnya di mana

aku hanya perlu manapaki
agar aku mengerti
bahwa kehidupan ini tidaklah linear
tetapi sirkular
tetapi kita tidak cukup ilmu
untuk mengejawantahkan
masa silam menuju masa depan

maka
aku tak banyak bicara
aku tahu semua gambar itu mewujudkan diriku
dan dengan kekuasaan Tuhan
semua yang samar itu menjadi jelas
berbentuk
tersusun
berformat
memiliki struktur
dan mudah dibaca
dengan satu cara
yaitu rendah hati
dan tunduk pada apa yang kita puja
yaitu Tuhan

maka dengan segala keterbatasan
semua huruf yang merangkai kalimat
hanyalah sebuah penjelasan
bagi sebuah perjalanan menembus waktu
menyusuri lapisan dimensi
mengoyak labirin kepastian
untuk memperoleh kepastian

bersyukurlah aku
masih yakin pada kekuasaan Mu
hingga dalam keadaan sesulit apapun
aku masih sanggup tersenyum

sebab aku tahu
Engkau tidak tidur
dan selalu memberikan jalan
bagiku
dan tentu saja
bagi setiap orang

terima kasih Tuhan
ini sudah yang terbaik untukku
bila engkau terus mengkaruniaiku kelebihan
maka semua ini harus kubayar dengan apa …?

Jumat, 01 Januari 2010

Refleksi Kesejatian Diri

 
Waktu pertama kali melihat sebuah film yang disutradarai oleh Tony Bancroft dan Barry Cook, dari kisah yang dituliskan oleh Robert D. San Souci dan Rita Hsio, bertitel Mulan. Film ini pertama kali rilis pada 19 Juni 1998 lalu, yang merupakan feature animasi ketiga puluh enam dari Wall Disney Animated Classics. Awalnya, kisahnya 'based on' dari sebuah legenda China, Hua Mulan.

Meski hanya animasi, jujur, saya selalu mengagumi karya orang-orang Barat yang mampu menghias hal-hal sepele dengan polesan 'lebay' tapi so touched. Mulan, pada awalnya hanya gadis China biasa yang sela
lu merasa bahwa dirinya sedikit berbeda. Tak jauh berbeda dengan Indonesia sendiri, layaknya Raden Ajeng Kartini, yang harus hidup di bawah kungkungan feodal. Dipaksa mengikat diri sendiri, dan dianggap tidak ada predikat yang lebih mulia daripada menjadi seorang "istri" yang baik. Jiwa saya yang dulu masih berpetualang, sempat memasuki dunia lain yang mungkin dialami orang-orang transgender lainnya.



"... who is that girl I see?
Starring straight back at me
Why is my reflection
Someone I don't know?"


Petikan syair yang dilantunkan Christina Aguilera dalam tajuk "Reflection" yang menjadi Original Soundtrack Mulan di atas mewakili apa yang dirasakan oleh seseorang yang tengah bingung mencari kesejatian jiwanya. Seperti saya atau mungkin Anda yang membaca, mungkin saja juga mengalami hal yang hampir sama meski dalam fragmen yang berbeda.

 

Dibesarkan dengan sangat normal dari keluarga yang normal. Cara-cara orang tua mendidik pun sarat dengan petuah agama. Apakah karena dulu, sejak TK, selalu bermain dengan anak-anak perempuan? Bermain boneka, "pasaran", atau rumah-rumahan. Itu permainan yang normal. Boneka itu lucu, sebuah replika nyata dari manusia atau hewan yang bisa dimainkan sesuka pemainnya. Bahkan, dianggap teman yang selalu menemani waktu tidur, karena bisa dipeluk dan diciumi.

"Pasaran". Itu permainan tradisional yang sampai sekarang pun masih sering dijumpai. Main masak-memasak, atau sekadar berjualan aja. Itu juga sangat menarik. Karena bisa belajar untuk berwirausaha. Mulai berbelanja (mencari daun-daun dan biji-biji dari kebun atau "tegalan"), mengolahnya layaknya sayuran dan bumbu-bumbu (yang terbuat dari tanah dicampur air), membuat menu-menu yang bervariasi (pecel daun ketela dengan sambal dari tanah merah, rujak dari gedebog pisang, atau es campur dahsyat dari campuran kerikil, belimbing wuluh hasil curian dan kelopak bunga mawar). Semuanya alami. Bahkan saat transaksi, uang yang digunakan pun dari daun yang diberi tulisan angka nominal. Boneka dan main "pasaran" adalah rutinitas saat bersama teman-teman cewek.

Saat waktunya main sama kawan-kawan cowok, jiwa yang dirasa sangat sesuai dengan anugerah fisik yang ada saat ini memang sangat mendukung. Mulai bermain bola waktu hujan, maen perosotan sampai celana seragam bolong di pantat, balapan sepeda dan berantem sama anak-anak dari geng sekolah sebelah, mencuri timun di kebun dekat sekolah, "ciblon" di sungai bersama kerbau, dan masih banyak yang lainnya. Di situlah, saat-saat jiwa merasa utuh, penuh dan tidak terbagi.

 

Kebanyakan, orang-orang yang memiliki jiwa seni yang tinggi dicap sebagai pribadi yang eksklusif dan susah diatur. Serta, lebih banyak menggunakan sisi mimpi dan hati dibandingkan sisi fakta dan logika. Padahal, pelukis ternama Leonardo Da Vinci (dari bukunya Mbk Rosi Atmaja) dikenal karena kejeniusannya dalam memecahkan teka-teki angka matematis yang hasilnya berbuah fantastis. Terbukti dari karya-karyanya (Monalisa dan The Last Supper) yang sangat detail sehingga menghadirkan sebuah kontroversi yang belum terkuak dengan sapuan pilgrimatik dan lembut namun begitu dalam.

19 tahun mencari kesejatian diri, dan kini tinggal menapaki jalan baru untuk menemukan mahkota yang selama ini susah payah untuk ditemukan. Hua Mulan rela menyamar sebagai prajurit laki-laki karena tidak tega melihat ayahnya yang sudah tidak mampu mengabdi kepada negaranya. Bahkan, Mulan berusaha, untuk sehebat laki-laki hebat. Dengan kecemerlangan otaknya, ia mampu berpikir solutif, cara yang sangat jarang dilakukan oleh laki-laki saat kondisi emergency. Tapi Mulan sempat terancam akan dibunuh saat kedoknya sebagai perempuan terbuka. Hampir terbunuh, di tangan orang yang sangat dicintainya.

 

Refleksi dari keperkasaan di balik lembutnya aura wanita di dalam diri Mulan dan pahlawan-pahlawan wanita yang lain (yang lebih nyata) tentunya yang membuat feodalisme dan diskriminasi gender kian terbuka.




Baru sebulan lalu keinginan untuk menyempurnakan tekad menemukan kesejatian jiwa menjadi sangat kuat. Hasrat yang begitu menggebu yang dimulai dengan pilihan untuk hidup sendiri, jauh dari orang tua semenjak lulus SLTA. Kemandirian yang sengaja dibentuk, dan niat untuk meninggalkan dunia 'aneh' yang di dalamnya hanya terdapat fase-fase abstrak yang rumit, semoga menjadi semakin jelas terbentuk. Sebenarnya bukan karena ingin diakui sebagai anggota AURI, personil TNI AD, AL atau AU dengan pangkat dan kedudukan. Namun lebih pada keberhasilan meraih kesejatian diri, meski dengan tantangan yang amat berat dan berpeluang untuk menyerah atau berjalan terus. Karena refleksi adalah sama halnya dengan membentuk sebuah pilihan. Dua, tiga, puluhan atau ribuan pilihan yang disediakan, tentu berujung pada satu keputusan yang mewakili kesemuanya. Keputusan yang perlu diperhitungkan tentang keberhasilan dan kegagalan, konsekuensi dan memelihara semangat jika sewaktu-waktu terjatuh, agar mampu bangkit kembali.


Sabtu, 26 Desember 2009

Abstraksi 2010... is coming up...

Kamis, 10 Desember 2009

PROLOG DUA PULUH DELAPAN


Laki-laki berpawakan tegap. Tubuhnya tinggi menjulang, 183 cm. Wajahnya keras dan berani. Seberani langkahnya yang mantap, siap menerjang gelombang di depannya. Inilah lelaki yang kutafsirkan sebagai lelaki terindah setelah kubaca satu novel karya penulis favoritku, dan favorit kaum "G" tentu saja.

16 Maret. Dia sudah menunggu begitu lama di ruang tamu rumahku. Memandang lukisan-lukisanku yang memang kutujukan untuk dirinya. Alisnya yang lebat dan hidungnya yang mancung sangat dominan, tapi tak sedominan bibirnya yang merah. Seperti mawar yang baru mekar, dan siap untuk diambil sarinya.

Aku selesai mengemasi barang-barang, lalu menuju ruang tamu. Ia melihatku, dan langsung berdiri. Menegapkan badan hingga kelihatan sekali otot-otot dada dan perutnya mengembang. Lengan dan dada yang sangat didambakan "lelaki lain" untuk disinggahi.

"Tante, kami berangkat. Tidak perlu cemas. Saya akan antar Ujiek besok lusa," katanya tegas namun sopan.

Lalu ia menjabat tangan ibuku, setelah terlebih dahulu aku mencium tangan ibuku. Dia melangkah di depanku. Seperti benteng kokoh yang melindungi putri raja di dalamnya. Kami berangkat menuju Surabaya, tempat ia bekerja, tempat ia akan membuat ending yang bagus untuk hubungan kami.

Selama di perjalanan, kami mengingat-ingat kembali masa-masa yang telah kami jalani. Rasanya seperti berusaha menguak kisah lalu, sebelum kisah itu berakhir.

"...4 tahun lalu, aku kenal kamu..." suaranya berat, setelah tertawa karena sebelumnya kami bercanda.

"Iya, mas. Lama banget! Kita udah ngelakuin banyak hal," balasku.

"Ngelakuin apaan?"

"Nggak ngelakuin apa-apa. Bukankah "apa-apa" itu sudah lebih banyak daripada "apa"?"

***

Sampai di Surabaya. Hujan begitu lebat di seputaran jalan arteri di Kota Pahlawan ini. Tiba di sebuah rumah gedongan bercat putih, aku bisa melihat pagar yang terbuat dari tanaman yang dipangkas sangat rapi.

Pintu pagar yang basah itu terbuka, membawa mobil masuk ke tepi tangga ruang depan. Aku sedikit pusing. Entah, mungkin karena aku terlalu menikmati perjalanan ini dengan banyak ngomel.

Ia basah. Seluruhnya. Karena ia sedang mandi. Bilik kamar mandinya yang terbuat dari kaca sangat bening, tidak akan menutupi satu senti pun dari kulitnya. Jika aku sama seperti "yang lain", tentu akan langsung kutembus bilik itu, dan kunikmati apa yang ada di dalamnya. Tapi aku berbeda. Ia memang lelakiku, dan aku wanitanya. Ia sangat menjagaku. Menjaga hubungan kami selama hampir 4 setengah tahun dengan begitu baik. Karena dialah lelaki terbaik yang pernah kumiliki.

Melihat dia selalu on-time menjalankan kewajiban ibadahnya, selalu ada rasa kasihan dariku. Lelaki sesempurna ini, ternyata memiliki cacat yang sangat besar. Lelaki yang begitu didambakan banyak orang, seorang co-pilot handal yang dikagumi pramugari dan perusahaan penerbangannya, memiliki harga yang sangat tinggi, tapi memilih barang dengan diskon yang paling besar.

Terlalu banyak cumbuan, ciuman, kelamin dan kulit yang sudah terbentuk dalam hubungan seperti ini. Tapi kami tidak!

Pandangan terhadap kesempuarnaan raga, ketampanan paras, kejantanan otot dan keperkasaan daya pria adalah game yang harus segera dimainkan. Tapi kami tidak!

Stat, top, bottom, seperti stempel dengan banderol harga yang berbeda dari setiap model dan jenis barang. Membanggakan permainan ranjang antara dua insan yang sama kuat, sama sempurnanya bertarung. Bergulat seperti tontonan sirkus tak berwajah. Tapi kami tidak!

Selanjutnya, akan sangat lengkap di dalam novel.

***




Meja kaca bundar itu merefleksikan bayanganku sendiri. Panasnya Surabaya, dan dinginnya blueberry-chic, nikmat sekali. Ia menyuruhku duduk di sini, sendirian. Kupikir ia sangat tergesa-gesa, sampai-sampai ia tidak sempat melepas seragamnya.

Tapi, sekarang aku sudah bisa melihat seragamnya lagi. Masih bisa kudengar tarikan nafasnya yang dalam. Ia membawa seseorang, asing, dan cantik.

Ia duduk di sampingku, aku duduk di sampingnya, dan cewek cantik itu duduk di depan kami berdua. Semenit, sepuluh menit, setengah jam, aku berusaha mengobrol dengan cewek yang ada di depanku. Kami berdua sudah kelihatan sangat akrab. Lalu lelaki yang ada di sampingku menyela perbincangan asyik kami.

Ia memandang ke arah cewek cantik di depanku dan di depannya. Memanggil namanya.

"Nis...,"

Aku melihat cewek bernama Annisa itu masih tersenyum dan menyaut lembut.

"Ya...,"

Lelaki di sampingku merangkul bahuku. Sangat gugup dan bisa kurasakan tangannya begitu gemetar.

"Kenalin..., ini 'cewek'ku..."

Saat itu, panas masih terik. Ruangan berdinding kaca itu masih bisa memberikan siluet antara seorang perempuan berkerudung yang sangat cantik sedang duduk terpaku, di depan dua orang lelaki yang ada di depannya...

***

(to be continued)

 
Powered by Blogger