Jumat, 25 September 2009

Prolog Satu



GERRY SATYA

...MENUNGGU yang selalu datang, bukankah sangat mengasyikkan. Menanti yang pasti terjadi, bukankah sangat menyenangkan. Bulan terlihat separo, sedikit cahaya keperakan ia download dengan bebas dari matahari. Begitu bangga bulan itu, saat remaja-remaja seusiaku sedang berkencan, memuji tentang "lihatlah cahaya bulan itu...", dan sebagainya. Memuakkan. Tapi sudah menjadi lidah-lidah fasih yang perlu diajari bagaimana cara melafalkan huruf vokal dan konsonan. Itu biasa.

Duduk di halte dadakan yang dibuat sekolah sungguh membuat kakinya kelu. Sekelu lidahnya yang hampir 12 jam berkutat dengan segala macam kalimat di kelas, di ruang OSIS, kamar mandi, atau bahkan di setiap sudut-sudut kecil ruang yang ia temui. Itu biasa.

Pukul 18.00, masih duduk. Kadang ia berdiri melihat ke arah selatan. Apakah ada dua lampu besar menyala. Apakah ada bunyi klakson, derum mesin, lengikingan rem yang berdecit, atau teriakan-teriakan memanggil penumpang. Itu biasa.

Pukul 18.30, tiga puluh menit dari paragraf tadi. Suasana sudah berubah.
"Ga pulang?" Seorang lelaki bertubuh tegap, membuka helm-nya. Bertanya pada orang bertubuh mungil yang duduk sendirian di halte dadakan.

"Kalau aku sudah tidak di sini, aku pasti sudah pulang...," balas orang itu ketus.

"Ya sudah. Aku pulang dulu...."

"Silakan."

Itu biasa.

Pukul 19.00, ada suara derum bus dari dekat pom bensin di selatan. Mungkin itu yang ditunggunya. Benar, itu bus-nya. Dia segera menaikkan tas bahunya. Mengusap peluh di keningnya. Menyibakkan rambut hitam tebalnya yang berminyak. Dan menaikkan kacamata yang sebelumnya melorot di tengah hidung mancungnya. Siap-siap untuk pulang.

Ia menjulurkan lengannya. Tanda agar bus itu berhenti. Menaikkannya. Tapi sial. Bus itu melewatinya. Seakan angkuh, tidak mau dinaiki oleh anak sekolahan. Menyombongkan cat bodi-nya yang mengilap, atau memang dompet para personilnya sudah penuh dengan rupiah. Orang mungil berkacamata itu tidak mendapatkan bus-nya. Tapi itu biasa.

Pukul 19.30, ia menunggu bus berikutnya. Kepastian. Sungguh, kepastian untuk pulang. Ia percaya, dan itu sudah biasa.
Tapi ia terkejut. Sebuah lampu motor yang sangat terang tengah menyorotnya.

"Nggak sopan!" hanya dalam hatinya.

Ia berdiri. Seakan membuka percakapan. Menyuruh orang di balik lampu itu mengatakan alasan penyorotannya yang kurang sopan.

Lampu itu mati, bersamaan dengan suara motornya yang juga mati.
Seorang lelaki berpostur tinggi besar turun dari motornya. Motor besar itu segagah tubuh pengendaranya yang tegap. Seperti penguasa hutan yang menaiki harimau terbaiknya.

Jaket kulit moderen yang dikenakannya mengilap. Menampakkan lekuk-lekuk dadanya yang bidang. Membentuk lekukan sempurna dari bahu lebar, turun ke pinggang yang padat dan mengecil ke bawah. Dari samping bahkan tidak akan tampak lekukan sama sekali di bagian perutnya, datar.

Dari langkahnya yang mantap, seperti perwira tinggi berjalan dengan sepatu boot besar yang kuat. Saat ia berjalan, celana jeans ketat-nya memperlihatkan lekukan-lekukan selangkangan dan tonjolan jelas di tengahnya. Sangat jelas di balik kacamata, bahkan tanpa penerangan sekecil apapun. Bukankah melihat akan lebih jelas jika tidak ada keinginan untuk melihat? Spontan. Itu biasa.

Gayanya menghampiri, meredupkan segala cahaya di bumi. Meluluhkan tanah yang menjadi pijakan. Meruntuhkan debar-debar jiwa yang semula bergelantungan di tebing-tebing kosong. Menyibakkan ilalang yang meninggi di antara hati yang kering. Menumbuhkan benih tak lazim dengan tetesan segar yang memabukkan.
Satu langkahnya serasa lama. Detik jantungnya serasa berpuluh abad. Ingin dinikmati. Tidak ingin dilewatkan dengan cepat... (to be continued)

2 komentar:

Rosi Atmaja mengatakan...

Hmmm, menunggu adalah sebuah definisi lain dari hidup. Setiap qt menunggu. Menunggu seseorang, menunggu esok datang, menunggu lulus kuliah, menunggu gajian, menunggu kepastian, menunggu maut tuk menjemput...

1 5 1 blog kyu mengatakan...

menunggu adalah,sebuah harapan yang bersifat kenyataan hidup,akan datang dari kepastian hidup............sampai saat ini q masih menunggu kekesih sejati yang akn datang kpd q......

 
Powered by Blogger